Tumbuhan ini Jawaban Krisis Pangan Indonesia




Orang Indonesia identik dengan nasi. Sehari tidak bertemu nasi berarti
makan belum afdol. Paradigma ini telah berakar sejak lama sehingga nasi
menjadi unsur budaya yang kuat di negeri ini.
Problem gagal
panen, kekeringan menjadi masalah utama ketersediaan beras untuk
kebutuhan pangan nasional. Ketika kita tidak lagi bisa swasembada beras,
keran impor pun dibuka lebar agar beras, berikut juga kestabilan
harganya tetap terjaga. Tapi sampai kapan kita bertahan dengan solusi
ini?
 



Belakangan, berbagai jalur alternatif ditempuh supaya ketergantungan
akan beras bisa dikurangi. Jagung, ketela, sagu, serta roti (bagi
kalangan tertentu) digalakkan kembali. Daerah tertentu seperti Depok
mengeluarkan kebijakan "Selasa tanpa nasi" yang kini berlaku di
lingkungan kantor Pemerintah Daerah.
Dari banyaknya upaya
alternatif, mungkin pemerintah sudah saatnya memberi perhatian lebih
pada gerakan para petani di Flores. Mereka telah berhasil mengembangkan
tanaman pangan yang sangat handal di segala cuaca, yakni sorgum.
Sorgum ( Sorghum /  Andropogon sorghum) adalah tanaman lokal di
Flores - menurut wikipedia, asal tanaman ini dari Afrika Utara lalu
menyebar ke daerah tropis. Sampai sekarang dibudidayakan secara masiv di
banyak negara. Masuk ke Indonesia, khususnya Flores sejak lama.


Ironis, keberadaannya sempat terlupakan puluhan tahun akibat program
berasnisasi di tahun 1980-an. Pada era itu, Presiden Soeharto dikenal
dunia karena berhasil menjadikan Indonesia negara yang swasembada beras.
Hal ini tentunya mempengaruhi harga di pasaran. Prospek penanam padi
melonjak drastis. Akibatnya, para petani di semua wilayah negeri ini
'wajib' menanam padi. Tak terkecuali Flores. Bisa ditebak, sorgum seolah
lenyap begitu saja.
Warisan rezim otoriter yang tidak
memperhatikan ciri khas masing-masing daerah berimbas buruk. Ketika padi
membutuhkan iklim yang bagus untuk tumbuh subur, maka daerah yang
cenderung kering karena curah hujan rendah tidak bisa memenuhi kebutuhan
pangannya. Gunung Kidul, Wonogiri, atau pulau-pulau di Nusatenggara
yang diliputi savana dan beriklim kering kerap dilanda kelaparan serta
kekurangan pangan.

Maria Loretta
Beruntung, sekarang sorgum muncul kembali.  Maria Loretta yang memelopori penanaman sorgum untuk para petani di Flores.
Maria
awalnya tidak menyangka akan jadi petani. Namun, sesudah menikah,
perempuan berdarah Dayak ini diboyong suaminya ke Flores dan tidak
memiliki aktivitas berarti. Dengan modal yang ada, Maria kemudian
berinisiatif membudidayakan pangan lokal yang ada di sekitar Flores.
 



langitperempuan.com

Bibit ini dicarinya hingga ke wilayah terpencil di Flores. Ketika
akhirnya ditemukan, bibit itu kemudian dibarter Maria dengan gula atau
kopi. Bibit termahal yang dibelinya adalah Sorgum Merah dari Desa Nobo,
Kecamatan Ile Boleng. Untuk sepuluh kilogram bibit, Maria harus merogoh
kocek hingga Rp 150.000. Itu belum termasuk ongkos kendaraan dan waktu
yang dihabiskannya menuju Desa Nobo.
Ketika ditanya mengapa ia
segigih itu melakukan pemburuan, Maria menjawab tegas,”Produk tanaman
unggulan kita bisa menjawab isu tentang pangan yang melanda dunia.
Kenapa kita harus berpikir untuk impor benih dari luar negeri?”.

Keunggulan sorgum
sorgum
sangat cocok jadi alternatif pangan di Indonesia. Cara menanamnya
sangat mudah. sorgum bisa tumbuh subur walau musim kemarau panjang, atau
di daerah yang kering, bertanah marjinal, berpasir, bahkan berbatu.
sorgum juga tidak membutuhkan pupuk sehingga tidak membahayakan unsur
hara dalam tanah.
 




Soal kandungan gizi, sorgum jauh lebih unggul dibanding beras. Menurut
Maria dari hasil studinya, zat besi dalam sorgum 5,7 kali lebih banyak
dari beras. Vitamin B1 4,7 kali lebih banyak dari beras, dan kalsium 4,6
kali lebih banyak dari beras.
Diketahui ada sekitar 10 jenis
sorgum. Yang banyak dikenal adalah sorgum merah dan sorgum putih.
Pengolahannya selain untuk makanan pokok bisa dibuat menjadi gula bit,
sirup, etanol, hingga untuk pakan ternak.
Harganya jauh lebih
murah dari beras. Seperti papar Maria berikut ini, "Saya sampaikan
kepada teman-teman yang mendukung gerakan cinta pertanian agar harga
sorgum tidak boleh lebih dari 5000 rupiah. Karena harga beras per liter
sekitar 8500 rupiah. Jadi harus di bawah harga beras agar program sorgum
bisa diterima masyarakat."
Sudah banyak bukti keunggulan sorgum. Jadi, tunggu apa lagi?
sumber :http://www.apakabardunia.com/2012/11/tumbuhan-ini-jawaban-krisis-pangan.html