Misteri 26 KK di Sebuah Dusun di Situbondo
SITUBONDO![[imagetag]](http://kkcdn-static.kaskus.co.id/images/2012/11/18/2125741_20121118085436.JPG)
,Ada mitos unik di Dusun Karang Kenek, Desa Olean, Kecamatan Kota Situbondo, Jawa Timur. Boleh percaya atau tidak. Di dusun itu, di tengah meningkatnya populasi penduduk, sejak dulu hingga kini penduduknya hanya 26 Kepala Keluarga (KK).
Setiap ada warga baru lalu lebih daru 26 KK, selalu ada penduduk lain yang meninggal dunia maupun pindah ke tempat lain. Dusun ini berada di tengah sawah dan jauh dari keramaian kota.
Sebanyak 26 KK penghuninya menempati areal seluas sekitar 2 hektar dengan dikelilingi persawahan. Karang Kenek artinya kampung kecil. Dari jauh, kampung yang berada di sebelah barat Pabrik Gula (PG) Olean tampak seperti kampung mati dan terkesan tidak ada penghuniya, karena lokasinya terpencil. Yang terlihat hanya pohon besar yang mengelilingi kampung. Penghuninya mayoritas buruh tani dan petan i.
Menurut Ketua RT 02 RW 06, Saiful Arif, sejak dulu hingga sekarang jumlah penduduk RT tersebut hanya 26 KK. Sebab, ada mitos jika jumlah penghuninya lebih dari 26 KK akan dipastikan akan ada penduduk lain yang akan meninggal dunia atau pindah ke tempat lain.
"Seluruh warga di sini percaya dengan mitos tersebut. Karena itulah, hingga kini penduduk yang menghuni hanya 26 KK, karena jika akan menambah penghuni baru akan dipastikan ada yang meninggal atau pindah. Karenanya warga di sini tidak mau menanggung risiko dalam mitos tersebut," katanya di rumahnya, Minggu (18/11/2012).
Dia menambahkan, selain buruh tani dan petani, penduduk di RT-nya sebagian lagi mempunyai usaha home industry berupa meubeler. Selain itu, di kampung ini juga tidak ada toko besar, sehingga untuk memenuhi hidupnya setiap hari mereka harus membelinya ke tempat lain. Di sana yang ada hanya toko kelontong.
Kepala Desa Olean Ansh ari membenarkan adanya mitos di kampung itu. Kata dia, pihaknya sebenarnya sudah melakukan berbagai ruwatan untuk menghilangkan mitos tersebut. Meski demikian, pihaknya belum mengetahui secara pasti tentang akar sejarah lahirnya mitos tersebut.
"Meski tinggal di tempat terpencil, penduduk di sana merasa betah, sebab rumah tempat tinggalnya merupakan warisan nenek moyangnya," katanya.
,Ada mitos unik di Dusun Karang Kenek, Desa Olean, Kecamatan Kota Situbondo, Jawa Timur. Boleh percaya atau tidak. Di dusun itu, di tengah meningkatnya populasi penduduk, sejak dulu hingga kini penduduknya hanya 26 Kepala Keluarga (KK).Setiap ada warga baru lalu lebih daru 26 KK, selalu ada penduduk lain yang meninggal dunia maupun pindah ke tempat lain. Dusun ini berada di tengah sawah dan jauh dari keramaian kota.
Sebanyak 26 KK penghuninya menempati areal seluas sekitar 2 hektar dengan dikelilingi persawahan. Karang Kenek artinya kampung kecil. Dari jauh, kampung yang berada di sebelah barat Pabrik Gula (PG) Olean tampak seperti kampung mati dan terkesan tidak ada penghuniya, karena lokasinya terpencil. Yang terlihat hanya pohon besar yang mengelilingi kampung. Penghuninya mayoritas buruh tani dan petan i.
Menurut Ketua RT 02 RW 06, Saiful Arif, sejak dulu hingga sekarang jumlah penduduk RT tersebut hanya 26 KK. Sebab, ada mitos jika jumlah penghuninya lebih dari 26 KK akan dipastikan akan ada penduduk lain yang akan meninggal dunia atau pindah ke tempat lain.
"Seluruh warga di sini percaya dengan mitos tersebut. Karena itulah, hingga kini penduduk yang menghuni hanya 26 KK, karena jika akan menambah penghuni baru akan dipastikan ada yang meninggal atau pindah. Karenanya warga di sini tidak mau menanggung risiko dalam mitos tersebut," katanya di rumahnya, Minggu (18/11/2012).
Dia menambahkan, selain buruh tani dan petani, penduduk di RT-nya sebagian lagi mempunyai usaha home industry berupa meubeler. Selain itu, di kampung ini juga tidak ada toko besar, sehingga untuk memenuhi hidupnya setiap hari mereka harus membelinya ke tempat lain. Di sana yang ada hanya toko kelontong.
Kepala Desa Olean Ansh ari membenarkan adanya mitos di kampung itu. Kata dia, pihaknya sebenarnya sudah melakukan berbagai ruwatan untuk menghilangkan mitos tersebut. Meski demikian, pihaknya belum mengetahui secara pasti tentang akar sejarah lahirnya mitos tersebut.
"Meski tinggal di tempat terpencil, penduduk di sana merasa betah, sebab rumah tempat tinggalnya merupakan warisan nenek moyangnya," katanya.